Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Senin, 30 Juni 2014

MAUT MERENGGUT DI ANGKA 02



Tariannya begitu indah. Meliuk di antara bunga-bunga krisan di taman gedung putih itu. Tawanya lepas, diiringi senandung sebuah lagu yang entah lagu siapa yang dibawakannya. Sesekali dia berlari kecil sembari meliuk-liukkan gaunnya yang lebar.
Kali ini dia terduduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Dia masih bersenandung lirih, tapi dengan airmata yang meleleh melewati daratan halus pipinya. Tubuhnya terguncang karena isak tangis yang teramat kencang.

“Michell ... sayang, selamat ulang tahun.” Kemudian dia tersenyum, dan meniup sebatang lilin yang dia baru saja dia nyalakan. Tak ada tepuk tangan ataupun jingle happy birthday, yang ada hanya senandungnya yang diselimuti duka mendalam.

Hari itu tanggal 02 September 2013. Keysa pulang kerja lebih awal dari biasanya. Di perjalanan dia berhenti di sebuah toko mainan anak juga ke distro samping toko tersebut. Dibelinya sebuah boneka Barbie juga sepatu sport. Tidak terlalu mahal, tetapi kualitas dan modelnya tidak kalah bagusnya dengan yang di jual di mall-mall sana. Hari ini adalah hari ulang tahun anaknya yang bernama Michell, berbarengan dengan hari jadi pernikahannya yang keempat. Keysa sangat gembira ketika membayangkan acara kejutan yang akan dia buat untuk anak dan suaminya tercinta.

Gubraaakkk
Motor yang dinaiki Keysa terjatuh keserempet sebuah truk. Keysa sendiri terlempar sejauh lima belas meter dari motor maticnya, karena teramat kencang kecepatan truk yang menyerempetnya. Truk itu tidak berhenti, meski Keysa berteriak-teriak. Orang di sekitarnya hanya berdiri memandanginya, sebagian mengamankan motornya. Keysa bangkit dan berjalan diantara sesaknya orang yang mengeruminya. Motornya rusak parah, sehingga dia terpaksa harus naik angkutan umum untuk sampai ke rumahnya.
Tetapi dia teringat pada hadiah yang akan dia berikan pada Michell dan suaminya. Diapun kembali ke tempat semula. Seorang anak kecil seusia Michell yang mengambilnya. Keysa menghampiri dan memintanya, tetapi anak itu tidak menghiraukannya. Karena kasihan dia tidak memaksa untuk mengambilnya. Hanya sepatu milik Roni yang dia bisa ambil. Dengan jalan masih tertatih, dia menyusuri jalanan itu sambil sesekali menengok,  jika saja ada angkutan yang lewat. Sampai sebuah pos pangkalan ojek dia berhenti.

“Bang, ojek sampai Gg. Cendrawasih.”
Entah karena suaranya yang lirih, atau karena asyiknya mereka bermain kartu, hingga tak menghiraukan perkataan Keysa. Beruntung ada sebuah angkutan yang berhenti, Keysa pun bergegas naik. Tak banyak penumpangnya, hanya tiga orang. Mendekati arah rumahnya, Keysa merogoh saku celananya. Dia lupa kejadian tadi, dompetnya berada dalam jok motor yang ditinggalnya di sebuah warung.

“Gimana ini? Aku tidak membawa uang sepeserpun.”
Sebelum gang depan rumahnya, ada seorang perempuan yang turun. Keysa pun ikut turun.
“Lain kali atau besok aku pasti membayarnya,” kata Keysa pada sopir angkut itu. Sopir itu manggut-manggut. Keysa merasa lega, dia mengira bapak sopir akan marah padanya. Dengan memegangi dadanya, Keysa berjalan menuju rumah. Dia terkejut ketika ada bendera kuning dan tenda di depan rumahnya. Banyak orang yang hilir mudik dan tidak ada satupun yang menghiraukannya. Dia bergegas memasuki rumah. Di depan pintu ruang tamu dia termenung, dilihatnya anak dan suaminya sedang menangisi orang yang terbujur kaku di hadapannya. Dia penasaran.

“Sayang, siapa yang meninggal?” Tak ada jawaban apapun dari mulut suaminya. Michell pun tak acuh padanya. Saat seorang pelayat membuka kain penutup muka si mayat, Keysa melongok untuk melihatnya. Tubuh dia tiba saja melemas, bibirnya gemetar dan keringat dingin bercucuran.

“Ini tidak mungkin! Tidaaakkk!” teriaknya kemudian. Dia memegang tangan suami dan anaknya, tetapi mereka tak bergeming. Dia bangkit dan berjalan menuju kamarnya dengan gontai. Tangisnya pecah tak tertahan lagi sebelum akhirnya ada cahaya putih menyilaukan dari arah depan dia berdiri. Keysa menutupi matanya dengan lengan dia. Dia merasa tubuhnya dingin dan sangat dingin. Cahaya itu menyelimutinya, hingga akhirnya dia tersedot kedalamnya.

Ruang tamu menjadi kacau, saat tubuh Keysa bergerak dan matanya membuka perlahan. Semua pelayat berhambur keluar karena ketakutan. Roni segera memeluk Keysa. Tangisnya berubah menjadi senyum. Dia bahagia istrinya tidak jadi meninggal. Sementara Michell yang ikut berlari keluar karena mengikuti para pelayat, luput dari jangkauan Roni. Dia berlari dan kemudian tertabrak motor yang melaju kencang di jalan depan rumah. Para pelayat yang tadi berhamburan keluar, melihat kejadian itu langsung menolong Michell. Sementara Keysa masih belum pulih seluruh ingatannya, Roni membawanya ke kamar dan memakaikannya baju. Saat keluar dari kamar, Roni berteriak sekencangnya manakala tahu apa yang menimpa Michell. Tangisnya pecah kembali. Michell benar-benar meninggal, dengan kepala yang pecah dan tangan juga kaki yang patah.
Keysa yang mendengar riuh tangis di ruang depan, beringsut perlahan sembari berpeganagn pada dinding kamarnya. Di kucek-kucek matanya, ketika melihat tubuh anak kecil yang sedang dikerumuni tetangga juga saudaranya. Sedang di sudut ruangan Roni sedang menangis meratap. Matanya sembab dan rambutnya nampak kusut.

“Michell, anakku? Tidak sayang, ini tidak mungkin!” Keysa teriak saat tahu tubuh anak kecil yang celaka itu adalah anaknya. Tubuhnya yang masih lemas kini terkulai tak berdaya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Sebulan semenjak tragedi itu, Keysa kehilangan kesadaran. Dia stress berat sehingga dokter menyarankan Roni membawanya ke Rumah Sakit Jiwa. Sekarang Keysa menjadi penghuni gedung putih itu. Dengan perawatan yang intensif, Keysa pun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dia sudah bisa di ajak berbicara dan sudah menunjukkan ekspresi emosinya, dari sebelumnya yang hanya diam seperti orang yang ketakutan. Walaupun kesadaran akan lingkungan dan diri sendiri juga orang-orang terdekatnya belum kembali normal. Dan naasnya, sehari dari Roni membawa Keysa, dia mengalami kecelakaan di tempat yang sama saat Keysa kecelakaan dulu. Roni tewas di tempat, tepat di hari ulang tahunnya. Tanggal 02 Oktober.

--TAMAT—

Tidak ada komentar: