Tariannya begitu indah. Meliuk di antara bunga-bunga
krisan di taman gedung putih itu. Tawanya lepas, diiringi senandung sebuah lagu
yang entah lagu siapa yang dibawakannya. Sesekali dia berlari kecil sembari
meliuk-liukkan gaunnya yang lebar.
Kali ini dia terduduk di bawah sebuah pohon yang
rindang. Dia masih bersenandung lirih, tapi dengan airmata yang meleleh
melewati daratan halus pipinya. Tubuhnya terguncang karena isak tangis yang
teramat kencang.
“Michell ... sayang,
selamat ulang tahun.” Kemudian dia tersenyum, dan meniup sebatang lilin yang
dia baru saja dia nyalakan. Tak ada tepuk tangan ataupun jingle happy birthday,
yang ada hanya senandungnya yang diselimuti duka mendalam.
Hari itu tanggal 02 September 2013. Keysa pulang
kerja lebih awal dari biasanya. Di perjalanan dia berhenti di sebuah toko
mainan anak juga ke distro samping toko tersebut. Dibelinya sebuah boneka
Barbie juga sepatu sport. Tidak terlalu mahal, tetapi kualitas dan modelnya
tidak kalah bagusnya dengan yang di jual di mall-mall sana. Hari ini adalah
hari ulang tahun anaknya yang bernama Michell, berbarengan dengan hari jadi
pernikahannya yang keempat. Keysa sangat gembira ketika membayangkan acara
kejutan yang akan dia buat untuk anak dan suaminya tercinta.
Gubraaakkk
Motor yang dinaiki Keysa terjatuh keserempet sebuah
truk. Keysa sendiri terlempar sejauh lima belas meter dari motor maticnya, karena
teramat kencang kecepatan truk yang menyerempetnya. Truk itu tidak berhenti,
meski Keysa berteriak-teriak. Orang di sekitarnya hanya berdiri memandanginya,
sebagian mengamankan motornya. Keysa bangkit dan berjalan diantara sesaknya
orang yang mengeruminya. Motornya rusak parah, sehingga dia terpaksa harus naik
angkutan umum untuk sampai ke rumahnya.
Tetapi dia teringat pada hadiah yang akan dia
berikan pada Michell dan suaminya. Diapun kembali ke tempat semula. Seorang
anak kecil seusia Michell yang mengambilnya. Keysa menghampiri dan memintanya,
tetapi anak itu tidak menghiraukannya. Karena kasihan dia tidak memaksa untuk
mengambilnya. Hanya sepatu milik Roni yang dia bisa ambil. Dengan jalan masih
tertatih, dia menyusuri jalanan itu sambil sesekali menengok, jika saja ada angkutan yang lewat. Sampai
sebuah pos pangkalan ojek dia berhenti.
“Bang, ojek sampai Gg. Cendrawasih.”
Entah karena suaranya yang lirih, atau karena
asyiknya mereka bermain kartu, hingga tak menghiraukan perkataan Keysa.
Beruntung ada sebuah angkutan yang berhenti, Keysa pun bergegas naik. Tak
banyak penumpangnya, hanya tiga orang. Mendekati arah rumahnya, Keysa merogoh
saku celananya. Dia lupa kejadian tadi, dompetnya berada dalam jok motor yang
ditinggalnya di sebuah warung.
“Gimana ini? Aku tidak membawa uang sepeserpun.”
Sebelum gang depan rumahnya, ada seorang perempuan
yang turun. Keysa pun ikut turun.
“Lain kali atau besok aku pasti membayarnya,” kata
Keysa pada sopir angkut itu. Sopir itu manggut-manggut. Keysa merasa lega, dia
mengira bapak sopir akan marah padanya. Dengan memegangi dadanya, Keysa
berjalan menuju rumah. Dia terkejut ketika ada bendera kuning dan tenda di
depan rumahnya. Banyak orang yang hilir mudik dan tidak ada satupun yang
menghiraukannya. Dia bergegas memasuki rumah. Di depan pintu ruang tamu dia
termenung, dilihatnya anak dan suaminya sedang menangisi orang yang terbujur
kaku di hadapannya. Dia penasaran.
“Sayang, siapa yang meninggal?” Tak ada jawaban
apapun dari mulut suaminya. Michell pun tak acuh padanya. Saat seorang pelayat
membuka kain penutup muka si mayat, Keysa melongok untuk melihatnya. Tubuh dia
tiba saja melemas, bibirnya gemetar dan keringat dingin bercucuran.
“Ini tidak mungkin! Tidaaakkk!” teriaknya kemudian.
Dia memegang tangan suami dan anaknya, tetapi mereka tak bergeming. Dia bangkit
dan berjalan menuju kamarnya dengan gontai. Tangisnya pecah tak tertahan lagi
sebelum akhirnya ada cahaya putih menyilaukan dari arah depan dia berdiri.
Keysa menutupi matanya dengan lengan dia. Dia merasa tubuhnya dingin dan sangat
dingin. Cahaya itu menyelimutinya, hingga akhirnya dia tersedot kedalamnya.
Ruang tamu menjadi kacau, saat tubuh Keysa bergerak
dan matanya membuka perlahan. Semua pelayat berhambur keluar karena ketakutan.
Roni segera memeluk Keysa. Tangisnya berubah menjadi senyum. Dia bahagia
istrinya tidak jadi meninggal. Sementara Michell yang ikut berlari keluar
karena mengikuti para pelayat, luput dari jangkauan Roni. Dia berlari dan
kemudian tertabrak motor yang melaju kencang di jalan depan rumah. Para pelayat
yang tadi berhamburan keluar, melihat kejadian itu langsung menolong Michell.
Sementara Keysa masih belum pulih seluruh ingatannya, Roni membawanya ke kamar
dan memakaikannya baju. Saat keluar dari kamar, Roni berteriak sekencangnya
manakala tahu apa yang menimpa Michell. Tangisnya pecah kembali. Michell
benar-benar meninggal, dengan kepala yang pecah dan tangan juga kaki yang
patah.
Keysa yang mendengar riuh tangis di ruang depan,
beringsut perlahan sembari berpeganagn pada dinding kamarnya. Di kucek-kucek
matanya, ketika melihat tubuh anak kecil yang sedang dikerumuni tetangga juga
saudaranya. Sedang di sudut ruangan Roni sedang menangis meratap. Matanya
sembab dan rambutnya nampak kusut.
“Michell, anakku? Tidak sayang, ini tidak mungkin!”
Keysa teriak saat tahu tubuh anak kecil yang celaka itu adalah anaknya.
Tubuhnya yang masih lemas kini terkulai tak berdaya sebelum akhirnya tak
sadarkan diri.
Sebulan semenjak tragedi itu, Keysa kehilangan
kesadaran. Dia stress berat sehingga dokter menyarankan Roni membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa. Sekarang Keysa menjadi penghuni gedung putih itu. Dengan
perawatan yang intensif, Keysa pun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dia
sudah bisa di ajak berbicara dan sudah menunjukkan ekspresi emosinya, dari
sebelumnya yang hanya diam seperti orang yang ketakutan. Walaupun kesadaran
akan lingkungan dan diri sendiri juga orang-orang terdekatnya belum kembali
normal. Dan naasnya, sehari dari Roni membawa Keysa, dia mengalami kecelakaan
di tempat yang sama saat Keysa kecelakaan dulu. Roni tewas di tempat, tepat di
hari ulang tahunnya. Tanggal 02 Oktober.
--TAMAT—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar