Sudah lima bulan ini Mesya mengurung
diri di kamar. Perutnya semakin membesar begitupula dengan kaki dan mukanya
membengkak. Lulu ibu Mesya tidak begitu memperhatikan perubahan pada diri anaknya,
karena tugas kerja yang memaksa dia harus sering keluar kota. Lulu hanya tahu
anaknya sedang sakit masuk angin karena sering muntah dan suhu badannya juga
sering turun naik. Lulu hanya memberi uang untuk Mesya berobat.
Hari inipun sama. Lulu pergi tugas ke
luar kota ungtuk waktu yang cukup lama.
“Sya, mama akan pergi ke Surabaya
nanti sore. Jaga diri baik-baik ya, gimana sakitmu? Sudah sembuh, sayang?”
tanya Lulu sambil membelai anak semata wayangnya itu. Mesya memandang mamanya
lekat, airmatanya meleleh melewati pipinya yang tirus.
“Ma ... hati-hati ya. Sya doakan Mama
sukses dalam karir Mama. Maaf jika Sya belum bisa menjadi anak yang baik buat
Mama.”
Lulu tersenyum dan melepas kecupan
lembut di dahi putrinya itu.
“Sya kan ada Papa yang menemani.
Baik-baik ya sayang,” sambil berkemas Lulu menghibur hati putrinya.
Setelah kepergiaan mamanya, Mesya
lalu mengunci diri di kamar. Sampai papanya pulang dan menggedor pintu kamarnya,
Mesya tetap diam dan mengunci diri. Hingga keesokan hari, Sri hendak mengantar
sarapan ke kamar Mesya, pintu kamar masih terkunci. Sri melapor pada Pak Jaya,
papa Mesya. Akhirnya pintu kamar itu berhasil dibuka dengan cara di dobrak.
Alangkah terkejutnya Sri dan Pak Jaya, mendapati tubuh Mesya yang tergantung di
atas ranjangnya. Matanya melotot dan lidahnya menjulur. Pak Jaya langsung
menghubungi Lulu, istrinya.
Lulu menangis menyesali kepergiannya
kemarin. Jika saja dia tidak pergi mungkin dia bisa menjaga Mesya, dan tak
harus terjadi kejadiaan ini. Ketika Lulu sedang ke dapur hendak mengambil
minum, Sri memberikan sepecuk surat yang ditemukannya di bawah bantal Mesya
sewaktu merapikan kamarnya tadi pagi.
Surat itu teruntuk kekasihnya, Rio.
Dalam suratnya, Mesya meminta maaf atas kepergiaannya kali ini yang tanpa
pamit. Dia juga menceritakan tentang perbuatan bejat papanya, yang menyebabkan
dia hamil. Dia tidak tahu harus cerita kepada siapa, karena dia tidak ingin
melukai hati mamanya. Tapi dia juga takut pada papanya.
Dengan geram Lulu langsung meraih
ponselnya.
“Hallo, selamat siang! Maaf Pak, saya
mau melaporkan tindakan pembunuhan di Jalan Merpati 39. Seorang ayah memperkosa
anaknya sendiri kemudian menggantungnya ... “ tut...tut... telepon terputus.
--Tamat—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar