dalam lirihnya, rindu berbisik
kabarkan titian yang kian sunyi
berpeluk detak melemah sudah
gegap yang gagu di ujung-ujung pengharapan
rindu mengeja aksaranya sendiri
tanpa pena berisikan tinta
kering dan gersang tertoreh di kanvas jiwa
: hambar
haruskah terhenti atau sekedar jeda sesaat
kaki-kaki rindu terasa gontay
melayang tubuhnya di tiupan angin cinta
yang terhembus dari kisah separuh jiwa
jiwanya telah lenyap
berpangku lara di batas masa
ragapun tak berupa
hanya pelengkap takdir semata
rindu ... haruskah begini
terhenti atau jeda yang menanti?
DDH, 27032014
kabarkan titian yang kian sunyi
berpeluk detak melemah sudah
gegap yang gagu di ujung-ujung pengharapan
rindu mengeja aksaranya sendiri
tanpa pena berisikan tinta
kering dan gersang tertoreh di kanvas jiwa
: hambar
haruskah terhenti atau sekedar jeda sesaat
kaki-kaki rindu terasa gontay
melayang tubuhnya di tiupan angin cinta
yang terhembus dari kisah separuh jiwa
jiwanya telah lenyap
berpangku lara di batas masa
ragapun tak berupa
hanya pelengkap takdir semata
rindu ... haruskah begini
terhenti atau jeda yang menanti?
DDH, 27032014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar