menjaring gemintang dan menaruhnya di saku piyamamu adalah impianku.
agar bila kau lelap nanti, tidurmu bertemankan kerlipnya yang abadi.
menemani langkahmu meniti titian impian nan fantastis.
di kamar berbeda, piyamaku menggantung tanpa saku. apalagi gemintang yang kuharapkan kado malamku darimu...imposiblle rasanya.
A, biasa aku memanggilmu.
"A, malam ini sendu tanpa candamu", gumamku sendiri di antara suara jangkrik dan tikus-tikus got yang berebut sepotong tahu sisa cucian piring tadi sore.
"A, kemana? biasanya kau petikkan bintang untukku bahkan tak jarang kau bawakan rembulan itu ke pangkuanku. katamu, wajahku tak kalah bercahayanya bila bersandingkan rembulan. aku taersipu,
A", anganku terus berjingkrar mengukir setiap kata yang belum sempat ku rekam dalam player recorderku.
"yank, siapkan dirimu", lirih bisik itu buatku melompat dari jendela tempatku duduk melamun.
tapi tak ada sosok apapun di sini, hanya seekor kelinci berkacamata abu sedang tersenyum padaku.
"hey, kelinci yang manis..apakah senndung lirih itu berasal dari pita swaramu?", tanyaku sambil mengelus kedua telinganya yang panjang sebelah.
tapi tak satuppun abjad keluar dari mulutnya yg aduhai terhias gigi bermata dua tnpa behel.
"yank, aku di sini. masihkah kau belum sadari itu?lalu sepeka apakah cintamu padaku?", kembali swara tanpa rupa itu mencubit telingaku.
"A, aku tau itu suaramu. tapi aku tak tau dimana keberadaanmu saat ini...pliss A, jangan kau buat aku harus lompat tuk kesekian kali karena suaramu itu", setengah agak memelas aku teriakkan penasaranku.
"yank, berbliklah! aku disini", jawabnya kemudian.
ku balikkan badanku dan ku putar kedua bola mataku, tak ada suatupun aku temui. hanya sebuah lukisan hati bertuliskan A.
DDH, 28 Maret 2014
di kamar berbeda, piyamaku menggantung tanpa saku. apalagi gemintang yang kuharapkan kado malamku darimu...imposiblle rasanya.
A, biasa aku memanggilmu.
"A, malam ini sendu tanpa candamu", gumamku sendiri di antara suara jangkrik dan tikus-tikus got yang berebut sepotong tahu sisa cucian piring tadi sore.
"A, kemana? biasanya kau petikkan bintang untukku bahkan tak jarang kau bawakan rembulan itu ke pangkuanku. katamu, wajahku tak kalah bercahayanya bila bersandingkan rembulan. aku taersipu,
A", anganku terus berjingkrar mengukir setiap kata yang belum sempat ku rekam dalam player recorderku.
"yank, siapkan dirimu", lirih bisik itu buatku melompat dari jendela tempatku duduk melamun.
tapi tak ada sosok apapun di sini, hanya seekor kelinci berkacamata abu sedang tersenyum padaku.
"hey, kelinci yang manis..apakah senndung lirih itu berasal dari pita swaramu?", tanyaku sambil mengelus kedua telinganya yang panjang sebelah.
tapi tak satuppun abjad keluar dari mulutnya yg aduhai terhias gigi bermata dua tnpa behel.
"yank, aku di sini. masihkah kau belum sadari itu?lalu sepeka apakah cintamu padaku?", kembali swara tanpa rupa itu mencubit telingaku.
"A, aku tau itu suaramu. tapi aku tak tau dimana keberadaanmu saat ini...pliss A, jangan kau buat aku harus lompat tuk kesekian kali karena suaramu itu", setengah agak memelas aku teriakkan penasaranku.
"yank, berbliklah! aku disini", jawabnya kemudian.
ku balikkan badanku dan ku putar kedua bola mataku, tak ada suatupun aku temui. hanya sebuah lukisan hati bertuliskan A.
DDH, 28 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar