Rabu, 23 April 2014
KAMU 2
kamu yang aku sebut puisi, memuisi
di semesta kerinduan bait aksara malam yang kurasa, tiada
kelam menyelimut sang kegelapan syair-syair para pengais kata
rampai ronce kebahagiaan terpasung sendu di ujung pengharapan
kamu yang kusebut puisi, datanglah bersama rima musikal abjad-abjad tak berwarna. tak apa
biarkan aku pelukserupa selendang puisi atas namamu yang tergurat seabadinya rasa yang entah sebentaran menjelma.
dan aku masih menyebutmu puisi saat embun mulai lahir dari rahim sang malam tanpa bintang. hanya
pasi rembulan sendu menebar aura mistis pada tiap bait cahayanya yang temaram
dan kamu masih puisi, yang puisikan jiwaku saat rebah menggugurkan tiap helai kelopak kelam
DDH, 20 April 2014