Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Senin, 30 Juni 2014

EVERAFTER




"Kamu kenapa, Meg?!" Kenzo terkejut melihat ceceran darah di seragam putih Megumi.

"Tak apa," jawabnya singkat sambil menyeka cairan merah segar itu dari hidungnya.

Sudah tiga hari ini, Megumi selalu mimisan. Dan kali ini Kenzo melihatnya, setelah dua hari lamanya Me menutupinya dari Kenzo. Me gadis yang ceria, tidak pernah ada kabut hitam menyelimuti raut wajahnya yang mungil seperti boneka barbie itu. Perawakannya yang tinggi, kecil terlihat lincah bila sedang bermain bola voli di sekolahnya.

Me, adalah sapaan akrab Megumi. Sudah seminggu ini Me terlihat aneh. Dia jadi tertutup dan jarang kumpul bersama teman-temannya lagi. Sachi adalah sahabat Me yang merasa sangat kehilangan dia. Setiap Sachi mendekat dan mengajaknya untuk bercanda, Me selalu menghindar. Yang capeklah, yang sibuklah ... dan selalu saja ada alasan untuk menolak ajakan Sachi.

Teng ... teng ...
Bel istirahat nyaring berdentang. Beberapa siswa berhamburan keluar kelas. Mungkin di dorong rasa lapar atau ingin segera menghirup nafas kebebasan dari pelajaran yang memeras otak mereka. Di koridor laboratorium, Kenzo celingukan seperti sedang mencari seseorang.

"Dooorrr!"

"Ampuuun ..." Kenzo membalikkan badan sambil mengangkat kedua tangannya. Dia kemudian menggeliat sedikit merunduk ketika seorang gadis di depannya, menggelitik ketiaknya.

"Ampun, Me ... udah! Geli tau," Kenzo menghiba sambil mencoba menarik hidung Me.

"Hayooo, lagi nyariin siapa?"

"Aku nyariin kamu dari tadi, dari bawah bangku kelas nyampe dalam rak-rak di lab."

"Enak aja. Emang aku tikus apa? Di cari di kolong bangku,"

Saat mereka saling ledek, Sachi datang mendekati mereka. Megumi langsung berhenti bicara. Kenzo yang tak menahu apa yang terjadi di antara mereka pun ikut terdiam.

"Echeeem ... maaf mengganggu," kata Sachi sambil berniat melangkah pergi. Tetapi tangan Megumi segera menyambar pergelangan tangan Sachi. Dia tersenyum dan memberi isyarat untuk tetap tinggal. Akhirnya mereka bertiga bercanda seperti biasa sebelum seminggu ini.

***
"Sachi, maaf jika sikapku seminggu ini agak berbeda. Mungkin ada sedikit cemburuku padamu tentang Kenzo. Setelah tak sengaja aku menemukan surat-surat kalian di dalam buku Ken. Aku mungkin terlalu egois, tak menyadari apa yang terjadi. Sehingga membedakan cinta dan kasihanpun aku tak tahu. Maaf jika kehadiranku merusak hubungan kalian. Terimakasih telah berbagi hati denganku, meski seharusnya kamu tak perlu lakukan itu. Sahabat bukan seperti itu Sachi. Seharusnya kalian jujur padaku tentang hubungan kalian, bukan malah bersandiwara menjelang kematianku. Tapi aku mengerti, mengapa kamu lakukan itu. Terimakasih kau mau menjadi sahabat terbaikku selama ini. Maafkan semua kesalahanku. (Megumi)

Menetes bulir kristal bening dari kelopak mata Sachi yang sayu. Di lipatnya surat dari Megumi yang di kirim via post itu. Biasanya mereka saling telepon atau berbalas pesan singkat. Tetapi Me kali ini mengirim via post. Dilihatnya tanggal yang tertera di amplop berwarna biru muda itu. Tanggal 30-11-2013, cap post. Berarti surat di tulis tiga hari yang lalu.

Di tempat berbeda--Kenzo juga menerima surat dari Megumi. Hanya ucapan terimakasih dan permintaan maaf yang tertulis di sana.

Kriiiing ...
Ponsel Kenzo berbunyi. "Sachi ... memanggil"

"Hallo, Twey. Ada apa?" jawab Kenzo kemudian. Tweety adalah panggilan kesayangan Ken pada Sachi.

"Oh, iya. Tunggu di tempat biasa ya!" jawab Kenzo lagi. Belum satu menit berlalu, ponselnya berbunyi lagi.

"Ya, Tante? Ada apa?" sahutnya kemudian. Lama dia mendengarkan suara di ujung sana. Tiba-tiba ponselnya terjatuh dan dia terkulai lemas jatuh terduduk di lantai kayu kamarnya. Dia menjambaki rambutnya dan sesekali memukulkan tangan ke lantai. Teringat sesuatu, Ken langsung berdiri dan menyambar kunci sepeda motornya di atas meja belajar.
Dengan kecepatan tinggi dia pergi menuju taman di pinggir danau. Di sana Sachi telah menunggunya dengan mata yang sembab. Tanpa berbicara apapun, Sachi naik ke atas motor. Tak ada satu kata pun keluar sepanjang perjalanan.

***

TPU "Kamboja Putih"

"Maaf jika cara kami salah, Me. Tapi kami yakin kamu sudah berbahagia dio sana. Doa kami selalu menemanimu. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti. Di masa dan tempat yang berbeeda."

Sachi mengelus nisan bertuliskan nama Megumi Yhasi. Dan sekuntum kamboja jatuh tepat di pangkuan Sachi.
"Terimakasih, Me."

-Tamat-

DDH, 19062014

Tidak ada komentar: