Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Senin, 30 Juni 2014

"5"




Sudah seminggu aku perhatikan ada kehidupan di rumah itu. Tetapi sekalipun aku tidak pernah melihat seseorang keluar rumah, meski hanya untuk duduk atau bermain di teras rumahnya. Lampu menyala jika malam datang. Dan suara gelak tawa penghuninya pun aku dengar dengan jelas setiap melintasi jalan depan rumah itu. Rasa penasaranku mulai menyeruak. Aku berkali tanya Bi Mila, tetangga yang rumahnya berhadapan langsung dengan rumah itu. Tatapi dia selalu menjawab sama. "Tidak pernah lihat". Aku mengajak sepupuku Andri untuk bertamu ke rumah itu. Awalnya Andri menolak, dengan alasan nggak penting. Setelah aku rayu dengan uang seratus ribuan, akhirnya dia setuju.

Sore itu aku dan Andry mendatangi rumah misterius itu. Pintu pagarnya tidak dikunci. Kami lalu masuk ke halaman rumah. Lengang. Tak ada suara orang bercanda seperti yang biasa aku dengar. Kami mulai menaiki anak tangga menuju teras rumah. Aku melirik kaca jendela yang tertutup Gordyn putih tipis. Aku lihat ada cahaya televisi , dan seorang anak sedang dudukdi atas kereta kuda dari kayu. Di sebelahnya ada seorang wanita tengah asyik menonton TV.
Aku mulai mengetuk pintu. Andry yang ketakutan sedari tadi mulai berisik minta pulang.

"Masuk aja, tidak dikunci kok."

Suara seorang wanita menyuruh kami masuk. Aku membuka pintu itu perlahan.

Kreeeek

Suara derit pintu memecah hening. Aku lihat ke dalam, anak dan wanita yang aku lihat tadi sudah tidak ada. Jarak lima inci dari pintu, aku liat ada garis berwarna merah seperti sorotan cahaya laser mainan Mita adik bungsuku. Andry masih berdiri di depan pintu, tanpa curiga apapun aku melangkah melewati garis itu.

Kreeek

Aku terkejut pintu rumah itu tertutup sendiri dengan cepat. Aku lihat Andry masih berdiri di luar. Aku berteriak memanggilnya, mengajak dia masuk. Tapi tidak ada respon. Garis merah itu menghilang, dan tiap kali aku mencoba mendekati pintu, aku pasti terpental.

"Selamat datang, Om. Om adalah orang kelima yang akan menemani kami di sini, di dunia yang dibatasi jarak lima inci dari dunia lainnya.

-Tamat-

Tidak ada komentar: