Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Selasa, 15 April 2014

SUNYIKU

Saat ini aku butuh telaga tempat semua kerinduanku pada sunyi bermuara. Aku tak inginkan samudera luas yang gaduh ombak juga gelombang. Yang selalu mengucapkan salam pada pantai berharap nyiur tetap melambai dan camar-camar memuji ketangkasan karang karena kokoh melawan gelombang.

Cukup telaga tanpa riak, yang memendam dalamnya kesunyian. Dengan belukar akar-akar tua yang hening pejamkan matanya ketika pawana kecil membelai lentik bulu-bulu mata yang serupa uban di kepala dahan.

Lalu aku menjabat tangan keheningan, yang padanya aku rebahkan rindu selaksa madu paling kental dan aroma yang khas. Tak perlu lagi rasa manis yang kan aku kecap pada lidah yang kelu. Bukan karena aku bisu, atau malu ... tetapi karena rasaku yang terdalam bernaung dalam kesunyian telaga, yang sebentar lagi berubah warna.

Tidak!
Bukan karena dia berubah polah, melainkan keindahan menyapanya dengan berbagai warna pelangi. Yang berkejaran diantara putri-putri. Tanpa riuh, tanpa bising. Adalah sunyi yang candai dewi di tengah rindunya telaga hakiki.


DDH, 14 April 2014

Tidak ada komentar: