Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Selasa, 01 April 2014

SELAMAT TINGGAL "A"


Sejak kau berlalu bersama keretamu waktu itu, salam tak pernah lupa aku selalu titipkan. Pada utusan bersayap, yang turut membawa segala munajatku untukmu.

Dan aku masih ingat A, setiap kata yang kau ucapkan dulu. Saat ladang cinta penuh dengan benih kerinduan yang kau tebar.

Tawamu, binar bening bola matamu, segala renyah dan santunnya kata-katamu, tak pernah ada satupun yang menggantikan utuhnya hadirmu disisiku.

Sekarang, jiwamu telah bebas, menembus cakrawala meski tanpa pelangi yang selalu ingin kau hadiahkan padaku. Tapi... sadarkah kamu A? telah kau ingkari satu janji dari sekian janjimu yang telah tunai.

"Cha, yakinlah kita akan bersama... merajut mimpi tentang Sakya dan kita yang saling memandang pada putihnya uban di sekitar ubun-ubun menjelang senja, di beranda rumah mungil tepian sungai, di kaki bukit"

A, aku masih ingat itu. Lalu bila kamu dengan egoisnya pergi tanpa pamit padaku, meninggalkan segenap harapan. Bagaimana dengan Sakya? akankah dia ada menggantikan sosokmu di kesunyian rinduku padamu?

Selamat tinggal, A... abadi cintaku terpatri di relung hati, semoga indah penantianmu di taman syurgawi, hingga saatnya nanti.

Jangan pernah lupa padaku A, meski rentang penantian kita teramat lama. Kan ku bawa Sakya dalam pelukan, dan rentangkanlah kedua tangan yang terlipat sekian masa.
"ini Sakya, sayang...cinta kita yang kau titipkan padaku saat itu"

DDH, 31032014

Tidak ada komentar: