Dawai Hati

Dawai Hati
Rindu kamboja pada setangkai bias jingga senja dakam alunan denting dawai hati

Selasa, 01 April 2014

MASIH "A"

senja kian tua, saat kidung kesunyian menutup cerita
tentang kita yang buram
dan aku masih ingat, saat pergimu tinggalkan lambaian
dan tertinggallah jemari lentikmu di kantung hati

"aku pasti kembali, saat senja menghamppiri dan lembayung terhias di manik matamu"
tiap senja bertamu, aku selalu menghambur menyambut, hingga jingga besembunyi di lipatan gemawan senja karena enggan ku curi ronanya yang anggun penuh pukau
hingga senja kesekian, sosokmu raib diantara kala
belantara janji sudah tidak rimbun lagi ... membelukar!
lalu aku bertanya pada renta
"masihkah aku muda?"

lamat terus gamit suasana tua, pekur jadi lagu wajib kala senja. menantimu adalah kewajiban tak tertulis, di undang-undang manapun, dan aku selalu taat
senja itu, purnama kesekian saat chandra menyembul pasi sekali yang pagi ... sosok tegap berdiri di ambang senja dan malam, rautnya muram tertunduk dalam. hampir tak ada satupun "log" dalam bincang

"dia telah menikahi senja dalam keretanya, tanpa undangan yang bisa dia sampaikan untukmu", lirih mensendu alunan kata yang terangkai. dan aku hanya bisa bermain dengan bulir kristal bening di setiap lekuk tempat dia bebas mengalir

"A.....", berat terkatup menutup segala munajat.

DDH, 30032014

Tidak ada komentar: