Rabu, 23 April 2014
KIDUNG KESUNYIAN
pada lembah terdalam, ada sebuah pohon kehidupan. padanya
aku puisikan setangkai harapan
tiada bercabang pun berdahan
biarlah tetap sejulur akar
bila tibanya kuat mencengkeram
meski rapuh tiada terelakkan
sampai bila tercipta belukar
merimbun semak-semak, dan
aku masih berpuisi
dalam lantun baris sajak tak memuisi
sekarang aku kehilangan pucuknya harapan
yang dulu hijau meski selembaran
merepikah? atau berpaling bersanding pawana penyebar sintru dalam tubuh cantaka lalu
aku selayak candala berpuisikan mantra dewa
tertabuh indah kemudian lesap
lenyap ...
tiada di ingat
lalu hanya lembah sunyi yang mengalunkan kidung asmarandhana hampa, bersama pohon lapuk ditemani rayap-rayap penghisap segala sari
: megatruh berdenting
DDH, 16 April 2014