Rabu, 23 April 2014
KAMU
wahai engkau
yang bersemayam di jantung siang
keringatmu belum jua surut
menitis antara lekuk tubuh hari
kakimu pecah!
terbelah lalu menghitam
legam terbaka sang kala terik
melumpuhkan segala rasa sakit diujung jerit
wahai engkau yang padanya sang dewi berteduh
lindap dibilik-bilik kelopak netra tak bertangkai
mengurai tentang berai airmata serupa kristal. bernilai
melebihi angka-angka dalam brankas berlapis bara
dan aku,
menikmat tiap sisi terik juga teduhmu
mengusap keringat yang panas dari setiap celah pori
lalu aku rengkuh engkau dengan segala panas dan dinginmu
dengan segala peluh keluh gelisahmu
aku disini
seabadinya rasaku, selalu temanimu dalam suara bisu semesta gundahmu
DDH, 23042014