Kamis, 20 Februari 2014
KU DEKAP RINDU
di kecipak jelaga yang hampir beku
menanarlah sebaris mata rindu
menawan sebagian tubuh perasa
perihal hilangnya temaram di balik bukit kalbu
sedang di tengahnya teratai ungu tersenyum pilu
akan koyaknya wicara paksa bertalu
sederetan tirai menggagukan nuansa
yang ku peluk adalah rindu
mungkin dianya yang lalu
atau kitanya yang tak tahu
tentang reranting bisu yang kering
sebentar hampir patah terinjak masa sulam
tapi ku pelukrindu selalu
di antara jajaran warna-warna jelaga yang kian membutakan netra
seyogyanya aku; memeluk rindu selalu
DDH, 20022014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar