tawaku kehilangan suaranya, gagu di antara gelak canda
lenyap di ruang hampa senja berucap
tersambut hitam menggantung di kaki cakrawala
pecah seketika tangisku dan tangisan langit
dengan tetesan-tetesan kristal bening yang bercanda
menggelitik rasa ruangan basah
aku tatap saja menangis dalam tawamu, hujan!
seketika kau menamparku, dalam candamu. memarahiku dengan tawamu. tetap saja lidahku kelu, bibirku bungkam dalam bisu.
tercenung di setiap nada candamu
ku rasa itu tanpa not, hingga tawaku nyaris tak memahami setiap gairah candamu, hujan ....
karena jiwaku berelegi semusim bersamamu.
DDH, 09032014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar